Banyak yang bertanya-tanya, ke mana The S.I.G.I.T. setelah dua tahun lalu merilis album perdana mereka yang fenomenal, Visible Idea of Perfection. Beberapa berita tentang band rock asal Bandung ini emang sempat berseliweran di berbagai media. Manggung di Australia dan Amerika, misalnya. Atau rencana membuat DVD. Tapi kiprah Rekti (vokal), Farri (gitar), Adit (bass), dan Acil (drums) sepertinya nggak sekencang dulu lagi.
Jangan keburu berpikir buruk. Mereka cuma sedang sibuk mempersiapkan materi album kedua yang katanya bakalan jauh lebih rumit. Dan untuk menjembatani album pertama dengan album kedua mereka nanti, The S.I.G.I.T. merilis sebuah EP bernama Hertz Dyslexia.
Kenapa Hertz Dyslexia?
"Terserah orang mau menafsirkan apa. Dari dulu kami emang suka bermain dengan kata-kata. Kami suka asbun (asal bunyi –Red.), dan baru belakangan kami cari artinya," aku Rekti.
"Terserah orang mau menafsirkan apa. Dari dulu kami emang suka bermain dengan kata-kata. Kami suka asbun (asal bunyi –Red.), dan baru belakangan kami cari artinya," aku Rekti.
Perlu digaris bawahi sekali lagi bahwa Hertz Dyslexia ini adalah EP, bukan album, meskipun di dalamnya termuat total sebelas lagu. Nah, sekarang muncul pertanyaan. Kalo ternyata mereka punya sebelas lagu, kenapa nggak langsung rilis album aja?
Ternyata jawabannya cukup mengejutkan. Mereka menganggap kalo materi mereka ini belum layak untuk jadi album. Mereka bahkan mengaku masih nggak puas dengan materi rekaman mereka ini. “Bukan berarti ini materi ‘dibuang sayang’. Kami suka materi kami di sini,” tangkis Rekti, cepat. “Cuma emang masih belum layaklah kalo buat album,” tambah Acil.
Farri juga angkat bicara. Menurutnya, mereka masih merasa nggak ada aura album di rekaman mereka kali ini. “Lagu-lagunya masih berantakan. Lebih mirip kompilasi dari lagu-lagu kami. Nggak ada korelasi antar lagu, jelas Rekti.
EP yang dijual satu pake dengan bonus DVD konser ini, selain berfungsi untuk mengingatkan para Insurgent Army bahwa 'The S.I.G.I.T. masih ada', juga untuk memberi gambaran tentang album kedua mereka nanti.
“Musik kami di sini lebih pakai feel, bikinnya. Lebih ngejam. Semuanya mengalir gitu aja. Nggak kayak album pertama kami, di mana kami dengan sadar berusaha menciptakan lagu yang enak dan punya hook,” aku Rekti, saat ditanya beda materi di sini dengan album The S.I.G.I.T. sebelumnya. "EP ini jadi jembatan aja. Materi kami buat album nantinya, bakal jauh lebih ribet dari ini,” tambah Farri.
Mereka berharap album kedua ini bisa dirilis tahun ini juga. Tapi dengan semua idealisme dan totalitas mereka, emang nggak gampang kayaknya untuk rekaman album begitu aja dengan hasil yang kurang maksimal. It needs more time and effort. Rekti bahkan mengumpamakan bikin album itu seperti bikin Tugas Akhir saat kuliah.
“Apakah kita cuma pengen selesai dan lulus, atau punya tugas akhir yang belakangan dijadikan jurnal, dipakai oleh banyak orang, dan diseminarkan internasional?” beber Rekti lagi. “Album itu merupakan dokumentasi perjalanan sejarah kita. Jadi nggak mungkin dikerjakan asal-asalan,” tambah Acil.
Pendeknya, mereka pengen jadi band rock Indonesia yang dikenal karena karyanya yang emang dahsyat. Mereka nggak mau kayak band Indonesia kebanyakan yang mengaku memainkan rock, padahal kalo didengerin, musiknya pop. “Band yang ngaku-ngaku rock itu, t*i!” celetuk Adit.
0 komentar:
Posting Komentar